Halaman

Rabu, 22 Januari 2025

Isra mi raj

 


A. Pengertian Isra Mi'raj

Melansir NU Online, kata Isra' menurut bahasa berarti perjalanan di malam hari (al-Munawwir: 1984: 671). Sementara kata Mi'raj berarti tangga untuk naik ke atas (al-Munawwir: 1984: 981).

Sehingga pengertian Isra yang dimaksudkan adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa. Sementara pengertian Mi'raj adalah perjalanan beliau dari Masjid al-Aqsa ke Sidrah al-Muntaha.

Sidrah al-Muntaha adalah tempat di langit yang bersifat ghaib, tidak mungkin dijangkau oleh panca indera manusia, bahkan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran.

B. Hikmah Isra Mi'raj

Segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah SWT pasti menyimpan hikmah di baliknya. Termasuk peristiwa agung Isra Mi'raj.

Berikut adalah delapan hikmah di balik peristiwa Isra Mi'raj dikutip dari NU Online:

1. Tingginya Derajat Kehambaan

Hikmah pertama adalah tingginya derajat kehambaan. Dalam surat Al-Isra' ayat satu yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi'raj, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad SAW adalah 'abdun' yang berarti hamba. Ini menunjukkan hamba yang benar-benar bertakwa kepada Allah mendapat derajat begitu luhur di sisi-Nya.

Penyebutan kata 'abdun' yang ditunjukkan untuk Nabi Muhammad tidak hanya terdapat dalam surat Al-Isra' saja, melainkan juga terdapat dalam surat lain seperti Al-Baqarah ayat 23 dan Al-Jin ayat 19.

2. Pembekalan Dakwah yang Tangguh

Hikmah peristiwa Isra Mi'raj yang kedua adalah pembekalan dakwah yang tangguh. Sebelum peristiwa Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW menjalani hari-hari penuh duka.

Orang-orang yang Nabi cintai dan mendukung misi dakwahnya sepenuh hati yakni pamannya abu Thalib dan sang istri tercinta Siti Khodijah meninggal dunia. Sepeninggalan mereka penindasan kaum Quraisy semakin hebat.

Bahkan Nabi pun harus menghadapi penolakan di Thaif. Ujian bertubi-tubi yang Allah berikan ini agar Nabi benar-benar tangguh dalam berdakwah.

3. Menyampaikan Kebenaran Meskipun Pahit

Begitu pagi setelah malam Isra' Mi'raj, Nabi mengabarkan apa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah. Praktis, banyak orang yang tidak percaya dengan kabar 'tidak masuk akal' tersebut.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.

4. Syariat Nabi Muhammad Menghapus Syariat Nabi-nabi Terdahulu

Hikmah dari peristiwa Isra Mi'raj selanjutnya adalah syariat Nabi Muhammad menghapus syariat nabi-nabi terdahulu. Saat peristiwa Isra' Mi'raj, Rasulullah saw menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu.

Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW. Sekaligus menjadi isyarat bahwa syariatnya telah menghapus syariat nabi-nabi sebelumnya.

5. Keistimewaan Masjidil Aqsha

Keistimewaan Masjidil Aqsha bagi umat muslim tergambar dalam peristiwa agung ini. Dalam perjalanan Isra', masjid yang berada di Palestina itu menjadi tempat tujuan Nabi, sebelum akhirnya bertolak ke Sidratul Muntaha.

Hal tersebut merupakan indikasi betapa mulianya masjid tersebut. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Ka'bah. Pahala shalat Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) juga 500 kali lipat dibanding masjid biasa.

6. Islam Merupakan Agama yang Suci

Ketika Nabi Muhammad SAW diberi pilihan antara air susu dan khamr saat Mi'raj, Nabi lebih memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril as berkata, "Engkau telah diberi hadiah kesucian."

Hal tersebut sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah).

7. Pentingnya Shalat

Malam Isra' Mi'raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril sebagaimana syariat-syariat lainnya. Ini menunjukkan betapa shalat memiliki kedudukan sangat penting bagi umat Islam.

8. Memantapkan Nabi Muhammad SAW

Sebelum Mi'raj, Rasulullah hanya mendengar info terkait surga, neraka, dan hal-hal gaib lainnya melalui wahyu. Ini namanya 'ilmul yaqin, Nabi mengimaninya tapi belum melihat langsung.

Ketika Mi'raj, Rasulullah SAW melihatnya secara langsung. Hal ini disebut 'ainul yaqin, yakni ketika seseorang sudah sampai pada 'ainul yaqin, maka kemantapan atas apa yang diyakininya semakin kuat.

Cara Mendidik Anak dalam Islam

 


Mendidik anak secara Islami sedini mungkin tidak hanya membuat anak menjadi orang beragama namun juga dapat membentuk karakter dan akhlak yang mulia. Bahkan, didikan Islami ini dapat menjadi salah satu bekal bagi anak untuk ke akhirat nantinya. Berikut sejumlah caranya sesuai dengan Al-Qura’n dan Hadist:

1.   Memperdengarkan Al-Qur’an

Waktu terbaik untuk mulai memperkenalkan dan memperdengarkan sang anak dengan Alquran bukanlah saat sudah baligh atau setelah bisa membaca dan menulis. Namun, mulailah sejak si kecil berada di dalam kandungan. 

Sang ibu atau ayah dapat secara rutin mengaji atau memutar ayat-ayat Alquran. Selain membuat si kecil terbiasa dengan firman-firman Allah, konon memperbanyak mengaji juga dapat memberi rasa tenang dan insya Allah mendatangkan keberkahan.

2.   Ajarkan Dasar-dasar Agama

Setiap orang tua Muslim wajib memberikan dasar-dasar agama kepada anak sejak kecil. Adanya didikan ini akan menumbuhkan iman pada anak sehingga nantinya dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat iman atau tidak mudah goyah. 

Beberapa contoh dasar-dasar agama adalah mengajarkan anak membaca basmalah setiap kali akan makan, baca doa sebelum keluar rumah, membiasakan salam, mengenalkan bacaan-bacaan solat, dan sebagainya.

3.   Ajarkan Tauhid

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, “hai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya kesyirikan merupakan kezaliman yang besar (QS. Al-Luqman: 13).

Tauhid adalah ilmu yang menyatakan tentang keesaan Allah. Ilmu ini perlu diajarkan sejak usia dini agar bisa menjadi pondasi dari keimanan sang anak. 

4.   Tutur Kata Lembut

Mendidik anak dalam Islam jangan sebatas teori namun juga harus dibarengi dengan praktik langsung dari kedua orang tua. Maka, jadilah orang tua yang selalu bertutur kata lembut, bijaksana, dan memberi pengajaran dengan kasih sayang. 

5.   Beri Nama yang Baik

Sebagian orang tua di luar sana ada yang dengan sengaja memberi nama unik atau ‘nyeleneh’ kepada anak agar menjadi viral. Padahal dalam Islam, salah satu kewajiban orang tua sekaligus hak anak adalah mendapat nama panggilan yang baik. 

Sebab, Islam meyakini bahwa nama merupakan doa, sehingga harus mengandung arti yang baik. Beberapa contoh nama yang baik dalam Islam adalah Muhammad, Aisyah, Ahmad (terpuji), Akram (mulia), Ali (pangeran), dan Adnan (tenang).

6.   Bacakan Kisah-kisah Nabi

Menurut ilmu parenting, kebiasaan membacakan buku cerita kepada anak terutama sebelum tidur akan berdampak bagus untuk otak dan mempercepat anak untuk bisa bicara. 

Selain buku bacaan umum, buku kisah-kisah nabi juga dapat menjadi pilihan. Jadi sejak kecil, anak sudah memiliki wawasan tentang nabi-nabi dan dapat dijadikan suri teladan.

7.   Ajarkan Adab

Salah satu anjuran mendidik anak dalam Islam menurut Rasulullah adalah mengajarkan adab yang baik. Jika dalam Islam, adab bukan hanya sikap kepada sesama manusia namun juga kepada diri sendiri saat sedang melakukan sesuatu. Contohnya ada banyak dan berikut beberapa di antaranya:

  • Saat minum harus sambil duduk, tidak boleh berdiri.
  • Makan dan minum dengan tangan kanan.
  • Ucap doa sebelum dan setelah makan / minum.
  • Tidak boleh mencela makanan, meskipun rasanya kurang enak atau tidak sesuai selera. Jika memang tidak suka, sebaiknya tinggalkan namun tanpa mencela.
  • Jangan masuk rumah orang lain sebelum diberi izin, meskipun rumah saudara atau teman dekat sekalipun.
  • Buang hajat harus di tempat tertutup dan baca doa sebelum masuk ke toilet, namun setelah di dalam tidak boleh membaca ayat Al-Quran.
  • Saling menyapa dan mengucap salam saat bertemu dengan sesama Muslim.
  • Jika mendapat undangan, maka usahakan untuk datang.
  • Menjenguk orang sakit.
  • Jika sudah baligh, tidak boleh tidur malam sebelum solat isya’, dan disarankan untuk berwudhu sebelum tidur. 
  • Baca doa sebelum dan saat bangun tidur.

8.   Ajarkan Sedekah

Mendidik anak dalam Islam lainnya adalah tentang sedekahJika ingin memiliki anak yang suka berbagi kepada sesama, maka ajarkan sedekah sejak dini. Tidak harus berupa hal besar, namun bisa dimulai dengan sesuatu yang kecil.

9.   Ajarkan Sikap Sederhana

Salah satu sikap Rasul yang dapat menjadi teladan bagi si kecil adalah hidup sederhana. Meskipun Nabi Muhammad SAW merupakan kekasih Allah yang sudah dijamin masuk surga, namun Rasul tidak pernah tinggi hati atau angkuh kepada sesama. 

Bahkan beliau merupakan pemimpin umat Muslim yang sangat sabar dan low profile. Ajarkan anak untuk hidup sederhana, tidak suka memamerkan harta, tidak membeli apapun secara berlebihan, dan ajarkan rasa syukur. 

Sebanyak apapun harta jika di hati tidak ada rasa syukur, maka akan terus merasa kurang. Jangan sampai saat sudah dewasa nanti, sang anak tumbuh menjadi sosok yang gengsi dan selalu ingin memiliki barang-barang mewah yang mungkin saja menjerumuskannya pada hutang yang mengandung riba.

10.   Beritahu Perbedaan Gender

Banyak orang tua yang mengabaikan didikan ini padahal sebenarnya sangat penting. Orang tua harus mengajarkan perbedaan anak laki-laki dan perempuan serta batasan apa saja yang perlu ada di antara keduanya. Misalnya, anak laki-laki tidak boleh mandi bersama anak perempuan meskipun belum baligh.

11.   Perhatikan Teman-teman Anak

Sosialisasi akan menjadi salah satu hal yang tidak dapat terhindarkan sebagai makhluk hidup. Namun, ajarkan anak untuk tidak sembarangan berteman. Pastikan bahwa lingkungan pertemanan si kecil memang baik / positif.


TOLERANSI DALAM ISLAM

 

Dalam agama Islam itu sendiri, toleransi disebut dengan tasamuh. Tasamuh atau tasahul memiliki arti kemudahan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa agama Islam memberikan kemudahan bagi siapapun untuk menjalankan apa yang telah diyakini sesuai dengan ajaran masing-masing tanpa adanya tekanan atau tidak mengusik kepercayaan yang telah dijalani orang lain.


Bentuk toleransi dalam islam


1. Berbuat adil pada siapapun

Ibnu Katsir Rahimullah pernah berkata mengenai hukum meremehkan atau merendahkan umat non muslim, Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti halnya melakukan perbuatan baik kepada wanita serta orang-orang yang lemah di antara mereka. Oleh karena itu hendaklah berbuat baik dan berlaku adil karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat adil.


2. Menghormati prinsip agama masing-masing

Dalam surah Al Kafirun yang memiliki arti “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”, kita dapat mengambil kesimpulan jika Islam selalu mengajarkan kita untuk bertoleransi pada setiap agama apapun.


3. Toleransi dalam perdagangan dan peradilan

Dalam masalah perdagangan dan peradilan, Islam juga mengajar tentang sikap toleransi terutama dalam transaksi jual dan beli. Sebagai umat Islam kita diajarkan untuk menakar ataupun menimbang secara jujur agar tidak merugikan orang lain demi mendapatkan keuntungan pribadi.


4. Toleransi dalam utang piutang

Untuk urusan utang piutang, Islam juga memiliki ketetapan-ketetapannya sendiri yang telah ditentukan. Dalam surah Al Baqarah ayat 280 yang memiliki arti “Dan jika orang yang berutang tersebut sedang dalam kesukaran maka berikanlah masa tangguh hingga ia berkelapangan.


5. Toleransi dalam  ilmu

Tidak bisa dipungkiri jika ilmu memiliki kedudukan yang tinggi di dalam agama Islam. Orang-orang yang berilmu juga telah dijamin kedudukannya oleh Allah SWT. Begitu halnya dalam hal mengabdikan ilmu atau membagikan ilmu kepada sesama manusia


6. Toleransi dalam harga diri

Pada dasarnya, setiap orang memiliki harga diri yang wajib dijaganya. Sayangnya, di tengah kehidupan bermasyarakat hari ini, masih banyak orang yang gemar menjatuhkan atau melecehkan kehormatan seseorang.

Tentu perilaku seperti ini hanya akan membuat malu orang yang bersangkutan tersebut. Terkadang, seseorang yang dilecehkan harga dirinya akan langsung meresponnya dengan bentuk emosional terhadap pelaku yang merendahkan harga dirinya.


ADAB MAKAN DAN MINUM DALAM ISLAM

 

Ajaran Islam tidak hanya mengatur soal ibadah, tetapi menjadi pedoman dalam kehidupan manusia. Aktivitas makan dan minum pun turut diatur dalam Islam sebagai adab yang perlu dijalankan seorang muslim.

Makan dan minum dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan untuk hidup, tetapi juga menjadi rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah Swt. Oleh karena itu, makan dan minum sesuai adab dan ajaran Islam yang dicontohkan melalui Nabi Muhammad SAW tidak hanya memberi manfaat, tetapi juga memberi pahala bagi muslim.

Apa Saja Adab Makan dan Minum dalam Islam?

1. Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Makan

Dari segi kesehatan, mencuci tangan sebelum makan menjadi suatu kewajiban demi menjaga kebersihan dan terhindar dari penyakit. Hal ini, juga telah dianjurkan Rasulullah kepada umat Islam yang hendak makan, sesuai dengan sabdanya:

"Telah bercerita kepada kami Affan, telah bercerita kepada kami Qais bin Ar Rabi', telah bercerita kepada kami Abu Hasyim, dari Zadzan, dari Salman al-Farisi berkata: 'Aku membaca dalam Taurat: Berkah makanan adalah berwudhu selepasnya, lalu aku menyebutkan hal itu kepada Rasulullah SAW dan aku memberitahukan apa yang aku baca kepada beliau, beliau bersabda: 'Berkah makanan adalah dengan berwudhu sebelum dan sesudahnya''." (Sunan Abu Daud h.257)

2. Membaca Bismillah/Doa Sebelum Makan dan Minum

Bacaan bismillah menjadi hal yang wajib dibaca sebelum muslim mengerjakan sesuatu, termasuk makan dan minum. Jika lupa membaca di awal, seorang muslim tetap harus membacanya ketika teringat dengan mengucap "Bismillah awwalahu wa akhirahu".

"Apabila salah seorang kalian makan suatu makanan, maka hendaklah dia mengucapkan bismillah (dengan nama Allah), dan bila dia lupa di awalnya hendaklah dia mengucapkan 'Bismillah fii awwalihi wa akhirihi' (dengan nama Allah di awal dan di akhirnya)" (HR. Ahmad, al Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

3. Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kanan

Rasulullah mewajibkan muslim untuk makan dan minum menggunakan tangan kanan. Beliau melarang makan dengan tangan kiri, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Muslim dan Tirmidzi:

Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah di antara kalian ada yang makan dengan tangan kirinya dan jangan pula minum dengan tangan kirinya. Karena setan makan dengan tangan kirinya, dan minum dengan tangan kirinya." (HR Muslim & Tirmidzi, dari Ibnu Umar).

4. Mengambil Makanan yang Terdekat

Rasulullah menganjurkan muslim untuk makan dari pinggir atau makanan yang berada di dekatnya demi menjaga kesopanan. Meski demikian, seorang muslim boleh mengambil makanan yang ada di depan orang lain jika memang menu di dekatnya kurang disukai, asalkan dengan cara yang baik.

Dari Umar bin Abi Salam berkata: "Ketika aku masih kecil aku berada di bawah pengasuhan Rasulullah SAW dan tanganku pernah bergerak (ke sana ke mari) di dalam piring besar, maka Rasulullah SAW berkata kepadaku, 'Wahai anak bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu.' Maka selanjutnya cara makanku seperti itu." (Al-Bukhari dalam kitab al-ath'imah, bab tasmiyah 'ala 'al-tha'am wa akli 'ala al-yamin, hadis no. 4957).

5. Disunnahkan Makan dengan Tiga Jari

Disebutkan dalam hadits bahwa makan dengan tiga jari merupakan sunah yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. Namun, apabila tidak memungkinkan menggunakan tiga jari, Al-Nawawi menyebut boleh menggunakan empat hingga lima jari.

"Dan di antara pelajaran hadit adalah disunnahkan makan dengan tiga jari, dan janganlah seseorang menggunakan jari yang keempat dan kelima, kecuali karena suatu 'udzur (alasan yang membolehkan), seperti jika makanannya berupa kuah atau selainnya yang tidak mungkin memakannya dengan tiga jari, dan alasan-alasan lainnya." (An-Nawawi dalam Syarkh Muslim).

6. Tidak Makan Sambil Berdiri

Nabi Muhammad menganjurkan umat Islam untuk makan dan minum dengan posisi duduk tegak. Beliau melarang makan dan minum sambil berdiri.

"Dari Abu Said bahwa Nabi SAW melarang minum sambil berdiri," (HR Ahmad dan Muslim).

7. Tidak Meniup Makanan atau Minuman

Secara keilmuan, makanan dan minuman yang ditiup tidak baik untuk kesehatan karena tercampur zat yang keluar dari mulut. Hal itu juga telah dilarang Nabi Muhammad dan menganjurkan untuk menunggu suhu makanan menjadi hangat atau dingin.

"Dari Ibnu Abbas RA, Nabi Muhammad SAW melarang pengembusan nafas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana." (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

8. Tidak Mencela Makanan

Jika seseorang tidak menyukai makanan, maka Rasulullah menganjurkan untuk meninggalkan makanan itu tanpa mencelanya. Hal ini, demi menghargai orang yang telah memasak makanan tersebut.

"Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sekalipun. Apabila beliau berselera (suka), beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun meninggalkannya (tidak memakannya)." (HR. Bukhari no 5409 dan Muslim no 2064).

9. Tidak Makan Berlebihan atau Terlalu Kenyang

Islam melarang segala hal yang sifatnya berlebihan karena tidak baik. Begitu juga Rasulullah melarang makan secara berlebihan hingga terlalu kenyang.

Dari Miqdam bin Ma'diy Karb berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah seseorang mengisi perutnya sehingga bagaikan bejana (mengisi) kejahatan (penyakit) dengan menadahkan beberapa suap yang dapat meluruskan tulang sulbinya. Jika ia tidak berbuat demikian, maka sepertiganya untuk makanannya, sepertiganya untuk minumannya, dan sepertiganya untuk bernafas." (Ibnu Majah no. 3340).

10. Disunnahkan Menjilati Jari Setelah Makan

Rasulullah menganjurkan membersihkan jari dengan menjilati setelah selesai makan. Hal ini, dianjurkan demi mencari keberkahan yang bisa saja berada dari sisa-sisa makanan yang menempel di jari.

Berbicara kepada kami Annufailiyyu, berbicara kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Hisyam bin Urwah, dari Abdurrahman bin sa'din, dari Ibnu Ka'ab bin Malik, dari Ayahnya, "bahwasannya Rasulullah SAW makan dengan tiga jari dan tidak mengelap tangannya sehingga dia menjilatinya" (Sunan Abu Daud, Bab Ath 'Imah, hlm 691, no hadits 52).

11. Membaca Doa Setelah Makan dan Minum

Membaca doa menjadi bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Saat selesai makan dan minum, doa juga harus diucapkan seorang muslim sesuai sabda Nabi Muhammad SAW.


AHKLAK MULIA

 

Apa Itu Akhlak Dalam Islam?

Dalam Islam, akhlak mengacu pada perilaku, sikap, dan moralitas seseorang. Akhlak mencakup aspek etika, moralitas, dan tata krama yang diatur oleh ajaran agama Islam. Akhlak adalah bagian penting dari ajaran Islam yang melibatkan hubungan antara manusia dengan Allah dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia.

Berikut Contoh Akhlak Dalam Islam

  1. Kejujuran (Sidq)
    Menjaga kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, tidak berdusta, dan menjaga komitmen serta amanah dalam segala hal.
  2. Keadilan (Adil)
    Berlaku adil dalam segala situasi, tidak memihak secara tidak adil, dan memberikan hak-hak yang seimbang kepada semua orang.
  3. Kasih Sayang (Rahmah)
    Menunjukkan kasih sayang, empati, dan perhatian terhadap sesama manusia, termasuk dalam membantu mereka yang membutuhkan.
  4. Kesabaran (Sabr)
    Menjaga kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian, tidak mudah marah atau putus asa, serta menerima ketetapan Allah dengan ikhlas.
  5. Kerendahan Hati (Tawadhu’)
    Menjaga sikap rendah hati, tidak sombong atau menyombongkan diri, serta menghormati dan menghargai orang lain tanpa memandang status atau kedudukan.
  6. Sopan Santun (Adab)
    Menunjukkan sikap sopan santun dalam berbicara, berinteraksi, dan berpakaian, serta menghormati adat istiadat yang baik.
  7. Kebaikan Hati (Ihsan)
    Berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan yang terbaik, baik dalam ucapan, tindakan, maupun perlakuan.
  8. Kepedulian Sosial
    Memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan sesama manusia, serta berusaha membantu dan mendukung mereka dalam kesulitan.
  9. Memiliki Akhlak Terpuji
    Menunjukkan sifat-sifat terpuji seperti rendah hati, sabar, ikhlas, tawakal, bersyukur, memaafkan, dan berusaha menjauhi sifat-sifat negatif seperti iri hati, dengki, atau riya’ (berpura-pura baik di depan orang lain).
  10. Menjaga Janji dan Amanah
    Menepati janji, memenuhi kewajiban, dan menjaga amanah yang diberikan kepada kita oleh orang lain.
  11. Menjaga Lingkungan
    Bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, menjaga kebersihan, menghormati alam, dan tidak merusak atau mencemarkan lingkungan.
  12. Pengampunan (Afifah)
    Memaafkan kesalahan orang lain, tidak menyimpan dendam, dan berusaha berdamai dalam konflik.


HAJI DAN UMRAH RANGKAIAN YANG PENUH MAKNA

 

HAJI

# Haji dan Umrah: Rangkaian Ibadah yang Penuh Makna


Haji dan umrah adalah dua bentuk ibadah yang sangat mulia dalam agama Islam. Keduanya melibatkan perjalanan menuju Baitullah di Mekkah sebagai wujud ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT. Meskipun memiliki beberapa perbedaan, haji dan umrah sama-sama memiliki makna spiritual yang mendalam dan menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.


---


1. Pengertian Haji dan Umrah


### **Haji**

Haji adalah ibadah wajib yang dilaksanakan sekali seumur hidup bagi setiap Muslim yang mampu secara finansial, fisik, dan mental. Haji dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu pada bulan Dzulhijjah, dengan mengikuti rangkaian ibadah tertentu yang telah ditetapkan.


### **Umrah**

Umrah sering disebut sebagai "haji kecil" karena rangkaian ibadahnya lebih singkat dibandingkan haji. Berbeda dengan haji, umrah dapat dilaksanakan kapan saja sepanjang tahun. Meskipun tidak wajib, umrah sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu.


---


2. Persiapan Sebelum Melaksanakan Haji dan Umrah


### **a. Persiapan Fisik**

Ibadah haji dan umrah membutuhkan stamina yang baik karena melibatkan perjalanan panjang dan aktivitas fisik seperti thawaf, sa'i, dan berjalan di antara tempat-tempat suci. Oleh karena itu, calon jamaah dianjurkan menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.


### **b. Persiapan Finansial**

Biaya perjalanan, akomodasi, dan kebutuhan selama di tanah suci harus dipersiapkan dengan baik. Islam mengajarkan agar biaya yang digunakan berasal dari sumber yang halal.


### **c. Persiapan Mental dan Spiritual**

Calon jamaah harus memperbanyak doa, istighfar, dan meningkatkan pemahaman tentang tata cara ibadah haji dan umrah. Selain itu, penting untuk membersihkan hati dari penyakit hati seperti iri dan dendam.


---


3. Rukun dan Wajib Haji serta Umrah


### **Rukun Haji**

1. **Ihram**: Berniat memulai ibadah haji dengan mengenakan pakaian ihram. Ihram melambangkan kesucian dan kesetaraan.

2. **Wukuf di Arafah**: Puncak ibadah haji yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wukuf adalah momen berdoa dan introspeksi diri.

3. **Thawaf Ifadah**: Mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran sebagai tanda penghormatan kepada Allah.

4. **Sa'i**: Berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

5. **Tahallul**: Mencukur atau memotong sebagian rambut kepala sebagai tanda keluar dari ihram.

6. **Tertib**: Melaksanakan rukun secara berurutan.


### **Wajib Haji**

1. Niat ihram dari miqat.  

2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah dan Mina.  

3. Melontar jumrah di Mina.  

4. Menghindari larangan ihram.  

5. Thawaf wada' (perpisahan).  


### **Rukun Umrah**

1. **Ihram**: Berniat umrah dengan memakai pakaian ihram.  

2. **Thawaf**: Mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran.  

3. **Sa'i**: Berlari kecil antara Shafa dan Marwah.  

4. **Tahallul**: Memotong rambut sebagai tanda selesai umrah.  

5. **Tertib**: Melaksanakan rukun sesuai urutan.  


---


4. Makna Spiritual Haji dan Umrah


1. **Ketaatan kepada Allah**: Melaksanakan haji dan umrah adalah bentuk ketaatan kepada perintah Allah. Jamaah meninggalkan kehidupan duniawi untuk fokus beribadah.

2. **Kesetaraan**: Pakaian ihram melambangkan kesetaraan, di mana semua orang, baik kaya maupun miskin, berdiri di hadapan Allah tanpa perbedaan.

3. **Pengampunan Dosa**: Haji yang mabrur dan umrah yang ikhlas dapat menjadi sarana penghapusan dosa-dosa.

4. **Kesabaran dan Ketabahan**: Proses ibadah mengajarkan jamaah untuk bersabar dalam menghadapi tantangan.


---


5. Keutamaan Haji dan Umrah


1. **Penghapusan Dosa**: Rasulullah SAW bersabda:  

   *“Barang siapa yang melaksanakan haji karena Allah dengan tidak melakukan rafats (ucapan/kelakuan buruk) dan tidak berbuat fasik, maka ia kembali seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.”* (HR. Bukhari dan Muslim).


2. **Pahala yang Besar**: Haji mabrur tidak ada balasannya selain surga (HR. Bukhari).


3. **Dijauhkan dari Kemiskinan**: Melaksanakan haji dan umrah dengan niat yang ikhlas akan membuka pintu rezeki dan keberkahan.


---


Tantangan dan Hikmah Ibadah Haji dan Umrah


TANTANGAN

- Perjalanan yang panjang dan melelahkan.  

- Kondisi cuaca di tanah suci yang ekstrem.  

- Keramaian jamaah yang dapat memicu ketidaknyamanan.  


HIKMAH

- Menumbuhkan rasa sabar dan tawakal.  

- Menguatkan hubungan dengan Allah SWT.  

- Membiasakan diri untuk hidup disiplin dan sederhana.  


---


PENUTUP


Haji dan umrah adalah ibadah yang penuh dengan makna dan hikmah. Selain menjadi wujud pengabdian kepada Allah SWT, ibadah ini juga memberikan pelajaran hidup yang mendalam, seperti kesetaraan, kesabaran, dan keikhlasan. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk menunaikan haji dan umrah, serta mendapatkan ridha Allah SWT dalam setiap langkah kita.